Pagi di Setiabudhi.
Tepatnya pukul 6.00 kurang lebih yang harus di yakini itu
bukan pernyataan yang tepat di Bandung aku di bangunkan untuk mengantar adikku
sekolah untuk menjadi kan nya manusia yang selalu serius dengan dunia ini, pagi
itu aku di serang oleh manisnya pisang yang di taburi susu bubuk yang semua
pasti mempertanyakan dengan masa lalu susu tersebut bisa sampai bubuk, cuaca
nya sangat mencekam membuat nyawa yang belum berkumpul takut untuk datang
mereka memilih untuk titip absen saja tapi aku tidak bisa melawan perintah
orangtuaku yasudahlah jika memang mereka tidak ingin menemani untuk sementara
tak apa, aku keluarkan seekor binatang plastik berkaki bundar yang diberi nama
oleh manusia itu ga jelas namanya itu "sepeda motor" ga konsistenkan?
Makanya aku dan hijau, tetapi anehnya orang selalu
menyebut nya lampu merah ke herannan itu sangat besar tapi yasudahlah udah
kelewatin juga kan sekarang aku udah di depan sekolah adikku ceritanya, begitu
turun dia memasang raut muka yang berbeda karna mungkin dia senang menyambut
temannya yang sudah menunggu, betapa riang mereka berlarian, ngobrol ini itu
tentang apa yang telah di temukan oleh mereka ketika sedang tidak bersama aku
ikut senang kalau begitu yasudah aku langsung pulang saja balik lagi ke arah
lampu yang si herankan itu, aku bisa membaca sebagian pikiran manusia di pagi
itu, pasti mereka sudah banyak merencanakan untuk cukur rambut, buang air,
buang sampah, buang uang dan masih banyak yang lainnya karna kalau aku absen
satu persatu cerita ini jadi terlalu panjang, sesampainya di rumah yang indah
dan nyaman untuk aku berlindung dari serangan buaya aku rebahan di kasur yang
sangat empuk dan di selimuti oleh selimut yang hangat untuk melanjutkan
mimpiku yang sudah menunggu.
binggung kenapa tidak ada pedalnya, tapi yasudahlah mungkin manusia
itu belum tidur ketika memberi nama, dan sepeda motor itu aku panaskan dengan
cara yang bukan seperti untuk memanas manaskan jadi cuman di nyalain kontak
kunci itu di ke arah atas kan dan pencet rem serta pencet tombol yang segi
panjang tidak sempurna, begitu canggih sepeda motor ini ya? Lalu adikku dengan
rasa kantuk yang berat naik ke sepeda motor dengan kaki kanan terlebih dahulu
serta mengucapkan salam pada galon, motor itu melaju keluar dari jalan rumah
kami untuk masuk ke jalan raya dan apakah aku harus jelaskan apa itu raya?
Sepertinya tidak sekarang aku masih binggung karna nyawaku masih belum kunjung
datang, di jln setiabudhi itu pukul 6.05 sangat dingin sekali tetapi aku senang
mendapatkan cuaca yang mencekam itu karna semua ini masih alami rasanya dengan
hijaunya pohon-pohon besar yang di tanam oleh salah satu universitas ternama
juga di jln Setiabudhi dan konon katanya Bandung ini seperti mangkok ruang
bentuknya aku masih mencari tau apakah ini mangkok mie ayam atau mangkok bubur
layaknya seperti mangkok tapi aku yakin pasti ada perbedaan diantaranya dan
konon Bandung di kelilingi gunung yang menjulang tingginya dan sangat di
syukuri oleh saya karna mereka yang membuat suasana ini seperti layaknya
Bandung yang terkenal dengan dingin dan segarnya cuaca, tapi saat ini di jln
setiabudhi sudah mulai banyak gedung raksasa yang aku yakin dia tidak punya
cakar karna sudah di potong kemarin oleh ibunya tapi saat ini udara di bandung
masih bisa di nikmati dengan kecepatan 20km/jam, aku sedih tidak ingin
kehilangan semua ini di taun kedepannya aku belum siap harus menerima
volusi,debu dan kotoran yang berlebih aku selalu berdoa kepada Bandung untuk
setia dengan keadaanya, di jln itu orang sudah lalu lalang dengan kesibukannya
sendiri, ada yang kepasar, mengantar sekolah, sekolah, mengajar di sekolah,
mencari uang, nongkrong, mengatur jalan, sarapan dan ada juga yang dia sendiri
binggung harus berbuat apa, jalanan yang sangat pagi aku yakin banyak orang
yang merindukan apalagi di luar negri sana yang susah mencari Ibu neneng yang
jual nasi kuning, makanya aku sangat mensyukuri keadaan apapun pagi itu di kota
Bandung, sepeda motorku melewati lampu yang berwarna merah,kuningmimpiku yang sudah menunggu.
Komentar
Posting Komentar